Yogyakarta – Sejak diinisiasikan pertama kali pada 2006, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) kembali digelar tahun ini. Mengusung tema ‘Tenacity’ atau kegigihan, JAFF 16 menawarkan gagasan mengenai kegigihan sinema yang ternyata mampu terus bergeliat di tengah keadaan yang serba tidak pasti. Kegigihan ini merupakan bekal dalam upaya pertahanan kelangsungan sinema Asia Pasifik yang dinilai luar biasa dalam terus mencipta karya serta langkah untuk beradaptasi dengan keadaan.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang secara penuh diselenggarakan dengan metode daring, kali ini JAFF dihelat secara hybrid: luring dan daring. JAFF kembali ke lokasi pemutaran yang bertempat di Empire XXI Yogyakarta setelah terakhir diselenggarakan pada 2019 silam. Hal ini adalah upaya JAFF demi memberikan ruang untuk mempertemukan kembali film dengan penontonnya secara langsung tanpa mengurangi pengalaman sinema yang ideal. Selain itu, JAFF juga memfasilitasi para penonton yang tak dapat datang secara langsung dengan kembali berkolaborasi bersama KlikFilm dalam program pemutaran daring dan Public Lecture.
Gelaran JAFF 16 akan menghadirkan 115 film dari 15 negara Asia Pasifik yang berhasil lolos kurasi mengalahkan lebih dari 400 film dari berbagai negara yang didaftarkan. Kelimabelas negara yang terlibat adalah Australia, Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand, Filipina, Myanmar, Laos, Taiwan, Japan, China, Korea Selatan, Sri Lanka, India, Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan, Iran, Turki, Qatar, Austria, Jerman, Britania Raya, Belanda, Prancis, Spanyol, Mesir, Saudi Arabia, Palestina, Amerika Serikat, Mexico, dan Kolombia. Adapun ke-115 film tersebut terdiri dari 46 film panjang dan 69 film pendek yang tergabung dalam program kompetisi dan non-kompetisi. Program kompetisi ini terbagi menjadi kompetisi film feature pada program Main Competition yang memperebutkan Golden dan Silver Hanoman Awards dan kompetisi film pendek dalam program Light of Asia yang memperebutkan Blencong Awards.
Selain kedua program tersebut, JAFF memberikan penghargaan pada para sutradara yang menelurkan karya film feature pertama dan keduanya dalam kompetisi NETPAC Awards. Film-film Indonesia yang akan ditayangkan tahun ini akan berkompetisi dalam program JAFF Indonesian Screen Awards yang memperebutkan penghargaan Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Naskah Terbaik, Pemeran Terbaik, dan Sinematografi Terbaik. Di samping program kompetisi, JAFF mempersembahkan seleksi film-film terbaik Asia Pasifik yang tergabung dalam program Asian Perspectives dan beberapa program unggulan lain seperti Layar Indonesiana, Indonesian Film Showcase, Layar Komunitas, Classic, dan Retrospective: Gunawan Maryanto.
Tahun ini, film-film Indonesia yang telah berkeliling ke banyak festival internasional akhirnya untuk pertama kalinya ditayangkan di Indonesia. Penyalin Cahaya (2021) yang disutradarai Wregas Bhanuteja mendapat penghargaan Nominee for New Currents, Busan International Film Festival 2021 dan menyabet 12 Piala Citra masuk ke dalam program Main Competition bersama dengan film Yuni (2021) karya Kamila Andini yang memenangkan penghargaan Platform Prize, Toronto International Film Festival 2021 dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) karya Edwin yang sebelumnya menyabet penghargaan tertinggi dalam Locarno International Film Festival 2021, penghargaan Golden Leopard.
Tak hanya film-film feature, JAFF menayangkan film pendek Indonesia Laut Memanggilku karya Tumpal Tampubolon yang mendapat penghargaan Sonje Award (Asia), Busan International Film Festival 2021 Best Short Film dan Film Pendek Terbaik Festival Film Indonesia 2021 dan Dear To Me (2021), karya Monica Vanesa Tedja yang mendapatkan Special Mention Open Doors Shorts, Locarno Film Festival 2021. Keduanya berkompetisi di program Light of Asia. Film-
film pilihan ini masuk ke dalam program JAFF karena dirasa mampu mewakili semangat sineas yang mencerminkan geliat dan potensi filmmaker Indonesia yang mampu bersaing di kancah internasional. “Kami berharap adanya JAFF mampu menjadi medium untuk menayangkan film-film yang sebelumnya hanya eksklusif beredar di kancah Internasional. JAFF ingin memberikan ruang untuk film-film ini dinikmati oleh masyarakat Indonesia.”, tutur Ifa Isfansyah, Direktur Festival JAFF.
JAFF 16 secara resmi dibuka di Empire XXI Yogyakarta dengan penayangan film A Hero (2021) karya Asghar Farhadi secara serentak di seluruh studio. Rangkaian acara pembukaan juga menggunakan metode penayangan sambutan dan rangkaian hiburan berbentuk video guna meminimalisir acara seremonial langsung yang berpotensi menimbulkan kerumunan.